Mengapa Buku Cerita Harus Tetap Dilestarikan di Era Digital


Mengapa buku cerita harus tetap dilestarikan di era digital? Pertanyaan ini mungkin sering muncul di benak kita, terutama dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat. Namun, buku cerita tetap memiliki tempatnya yang tak tergantikan dalam kehidupan kita.

Sebagai generasi yang terbiasa dengan kecanggihan teknologi, kita mungkin lebih suka membaca melalui layar gadget atau tablet. Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh American Academy of Pediatrics, membaca buku cetak memiliki manfaat yang berbeda dibandingkan membaca secara digital. Buku cetak dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan imajinasi anak, yang tidak bisa diperoleh melalui membaca digital.

Selain itu, buku cerita juga memiliki nilai historis dan kultural yang perlu dilestarikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Profesor John Sutherland, seorang ahli sastra dari University College London, “Buku cerita adalah bagian dari warisan budaya manusia yang harus dijaga agar tidak punah.” Dengan tetap melestarikan buku cerita, kita juga turut menjaga identitas dan sejarah bangsa.

Tak hanya itu, buku cerita juga dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi pembacanya. Seperti yang dikatakan oleh penulis terkenal, J.K. Rowling, “Buku cerita memiliki kekuatan untuk mengubah dunia dan menginspirasi generasi.” Melalui cerita-cerita yang terkandung dalam buku, kita dapat belajar banyak hal, mulai dari nilai-nilai kehidupan hingga memahami perbedaan.

Dalam era digital seperti sekarang, buku cerita memang mungkin terasa ketinggalan zaman. Namun, kita tidak boleh melupakan nilai dan manfaat yang terkandung di dalamnya. Seperti yang diungkapkan oleh penulis terkenal, Neil Gaiman, “Buku adalah pintu masuk ke dunia lain yang tak terbatas.” Jadi, mari kita tetap menjaga dan melestarikan buku cerita, sebagai bagian dari warisan budaya dan sumber inspirasi bagi generasi mendatang.